Skripsi
Idiosinkretisme dalam Hubungan Bilateral: Studi Kasus Peningkatan Status Kemitraan Strategis Indonesia-Korea Selatan tahun 2017
Hubungan bilateral pada abad 21 telah mengalami perkembangan pesat dan cenderung melibatkan aktor pemimpin negara secara langsung melalui mekanisme summit diplomacy. Kajian tradisional mengenai hubungan bilateral mulai bergeser seiring peningkatan model kerjasama yang semakin bervariasi. Latar belakang terjalinnya kerjasama tidak lagi sebatas faktor material namun juga faktor non-material. Peningkatan status dalam hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan mendorong penelitian ini untuk menguji pendekatan idiosinkretisme dalam skema hubungan bilateral abad 21. Idiosinkretisme Margareth Hermann akan digunakan untuk mendukung argumen penelitian ini, bahwa kesamaan faktor idiosinkretik dalam kebijakan diplomasi ekonomi Jokowi dan New Southern Policy Moon Jae-in berpengaruh signifikan terhadap peningkatan status kemitraan strategis Indonesia-Korea Selatan. Data dalam penelitian ini bersumber dari kajian pustaka, teks pidato dan pernyataan kedua pemimpin negara, dianilisis menggunakan metode analisis isi. Namun demikian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan idiosinkretisme tidak cukup memadai untuk disandingkan langsung dengan skema hubungan bilateral. Melainkan harus diiringi dengan penggunaan kebijakan luar negeri sebagai pondasi hubungan bilateral. Penelitian ini juga menunjukkan adanya pergeseran pada tipologi pemimpin negara menurut Hermann. Kedua pemimpin negara berada di antara tipe agresif dan konsiliator yaitu tipe moderat.
60 HI 2019 | 327 | PERPUSTAKAAN FISIP UNDIP (Skripsi) | Tersedia |
Tidak tersedia versi lain